Thursday, September 16, 2021

BILA ANAK AGRESIF

Sifat agresif seringkali muncul pada masa kanak-kanak. Berupa tingkah laku menyerang, baik secara verbal ataupun fisik. Bahkan seringkali serupa ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan. Perilaku mengancam dan menyerang pada anak inilah yang biasanya didefinisikan sebagai agresif.

Bagi sebagian orang tua, anak berebut mainan sampai pada perkelahian dianggap hal yang biasa. Bahkan dianggap sebagai persaingan yang sehat. Akan tetapi sebenarnya, serangan adalah sebuah masalah karena mengancam rasa aman anak lain. Ketika seorang anak gagal untuk memenuhi keinginannya, ia mulai menyerang anak lain, memukul, menendang, menggigit atau melempar benda-benda di sekitarnya.

Perilaku seperti ini dinamakan agresif. Agresif muncul sebagai reaksi emosi yang seringkali penyebabnya adalah frustasi, dilarang melakukan sesuatu atau perlakuan khusus orang tuanya. Perlakuan terlalu dimanja sehingga tingkah laku agresif mengalami penguatan dan pengulangan. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa keluarga malah menghargai perilaku agresif anak.

Penyebab yang lainnya adalah sikap agresif anak ditiru dari orang tuanya. Tingkah laku orang tua atau lingkungan merupakan model yang paling efektif bagi anak. Perilaku agresif ini terjadi karena mencontoh. Bentuk-bentuk agresif antara lain : letupan kejengkelan, marah secara verbal, menyerang dengan fisik, mengancam, tantrum (ledakan marah), merusak, dan melempar benda-benda sekitar.

Ternyata sikap agresif dapat dicegah, bagaimana caranya? Berikut kiat-kiat mencegah sikap agresif pada anak:

  1. Orang tua bersikap tegas. Agresif seringkali disebabkan karena kurangnya disiplin dari orang tua.
  2. Terima kehadiran anak A Orang tua yang menolak anak, tidak hanya gagal memberi afeksi tapi juga cenderung melakukan hukuman fisik yang keras.
  3. Kehangatan orang tua kurang dirasakan anak dan hukuman fisik yang berkepanjangan cenderung menghasilkan anak agresif, memberontak dan tidak bertanggung
  4. Batasi tontonan yang memperlihatkan kekerasan. Acara televisi yang mempertontonkan kekerasan merupakan sarana belajar tingkah laku agresif yang paling mudah ditiru anak. Karena itu orang tua perlu membatasi tontonan tersebut pada anak.
  5. Meningkatkan rasa bahagia di dalam keluarga. Orang yang bahagia cenderung bersikap baik pada dirinya dan orang lain.
  6. Orang tua dan keluarga yang lain tidak bertengkar di depan anak.
  7. Ajak anak bergerak dan beraktivitas fisik yang wajar sehingga terjadi pelepasan energi. Hal itu dapat dilakukan dengan memberi anak kebebasan main di luar rumah atau ruang yang luas.
  8. Meningkatkan keterlibatan orang tua. Anak yang masih kecil butuh keterlibatan orang dewasa dalam aktivitasnya. Perhatian orang tua membuat anak merasa tenang dan aman.


Sumber: Irwan Prayitno. 2003. Anakku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.


by. guru mim taskombang

No comments:

Post a Comment